Surabaya, Kemendikbud
--- Satu bulan menjelang pelaksanaan Ujian Nasional 2015, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar Dialog Publik antara
pimpinan Kemendikbud dengan pemangku kepentingan pendidikan, di Kota
Surabaya, Senin, (02/03/2015). Sebanyak 100 peserta turut berpartisipasi
dalam dialog ini. Mereka berasal dari pemangku kepentingan dinas
pendidikan (Disdik) provinsi Jawa Timur (Jatim), Disdik Kota Surabaya,
perwakilan kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah di lingkungan
provinsi Jatim, perwakilan organisasi masyarakat di bidang pendidikan,
dan insan pers. Tema yang diangkat pada dialog publik kali ini adalah
Pelaksanaan UN Tahun Ajaran 2014/2015.
Sebagai tuan rumah, Kota Surabaya menyatakan siap
untuk melaksanakan UN 2015. Hal itu disampaikan Soeparno, selaku
koordinator pengawas Disdik provinsi Jatim, saat membuka dialog. Menurut
Soeparno, pelaku pendidikan di provinsi Jatim menganggap UN 2015
sebagai agenda rutin tahunan pendidikan. Sehingga, persiapan-persiapan
terkait pelaksanaan UN sudah dilakukan beberapa waktu sebelumnya.
"Sampai sekarang kami belum menerima prosedur operasional standar (POS)
UN, tapi kami sudah melangkah untuk melakukan persiapan UN ini," jelas
Soeparno.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Informasi dan
Humas (PIH) Kemendikbud Ari Santoso berpesan kepada pemangku kepentingan
pendidikan di Jatim agar menjalankan UN 2015 sesuai prinsip kejujuran.
Menurutnya, pengalaman masa lalu yang menggambarkan peningkatan kualitas
pendidikan dengan penargetan di atas kertas untuk UN mengakibatkan
cara-cara meraih target dengan tidak benar.
"Kita selalu ditargetkan untuk mencapai
peningkatan pendidikan berdasarkan capaian di atas kertas, tapi kita
tidak pernah menanyakan apakah cara untuk meraih target itu sudah
benar," ujarnya. Ari pun menekankan agar pelaksanaan UN dapat menerapkan
nilai kejujuran. Jadi, katanya, peningkatan pendidikan tidak secara
semu yaitu sebatas pencapaian di atas kertas (nilai UN), tapi terlebih
perbaikan secara fundamental.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik)
Kemendikbud Nizam berpesan agar pemangku kepentingan di lingkup Jatim
dapat membina siswa agar lebih berprestasi meski UN bukan lagi penentu
kelulusan. "Pemanfaatan UN bukan sebagai penentu kelulusan agar siswa
tidak terbeban secara moral, namun hal itu agar tidak menjadi
kontradiktif terhadap motivasi siswa. Di sinilah diharapkan pelaku
pendidikan dapat lebih membina siswa berprestasi," imbaunya
Seorang peserta dialog yang berasal dari pengawas
pendidikan Disdik Kota Surabaya, Wahid Abdurrahman, menanyakan bagaimana
keberlangsungan pemanfaatan UN di masa mendatang. Disadari, UN yang
bukan sebagai penentu kelulusan dapat memicu kemungkinan anak menjadi
malas belajar. "Karena UN tidak menjadi begitu penting jadi membuat anak
malas belajar, adakah kemungkinan UN dapat dipakai untuk melanjutkan
pendaftaran peserta didik baru di jenjang selanjutnya?" ujar Wahid.
Kapuspendik Nizam menjelaskan Kemendikbud sudah
menjalin kerjasama dengan beberapa universitas di luar negeri untuk
dapat menggunakan UN sebagai pintu masuk ke universitas tersebut. "Ada
kabar gembiranya, UN sudah disetarakan dengan ujian Cambridge, salah
satunya di Universitas Hongkong, sehingga saat mendaftar disana tidak
perlu ikut ujian Cambridge lagi dan semacamnya, cukup dengan nilai UN,"
jelasnya.
Karena UN disetarakan dengan ujian evaluasi tingkat internasional, siswa diharapkan lebih serius untuk mengikuti UN.
Junaedi, guru SMA 7 Surabaya, menanyakan mengenai
perubahan jadwal pelaksanaan UN di masa mendatang. "Apakah bisa UN
dilaksanakan tidak di akhir tahun ajaran siswa, semisal pada bulan Mei.
Pertimbangannya, sisi emosional anak tidak terlalu terbeban berat untuk
melakukan UN, toh bukan dilakukan sebagai penentu kelulusan," ujarnya.
Terkait jadwal pelaksanaan UN di masa mendatang,
Kapuspendik Nizam mengungkapkan rencana pelaksanaan UN akan dilakukan
lebih awal dari jadwal rutin di tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan agar
siswa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik. "Ke depan, kami ingin
melaksanakan maju dari jadwal sebelumnya, sehingga kalau belum bisa
tercapai ketuntasan pencapaian kompetensi, siswa dapat belajar, kemudian
mengikuti UN ulang," ujarnya. Adapun Kapuspendik Nizam mengungkapkan
Kemendikbud merencanakan pelaksanaan UN tahun depan (2016) di bulan
Februari 2016. (Gloria Gracia)